Friday 3 April 2015

7 Atlet Indonesia Yang Berprestasi Di Tingkat Dunia

1. Susi Susanti


Lucia Francisca Susi Susanti lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971;  adalah seorang pemain bulu tangkis Indonesia.Dia menikah dengan Alan Budikusuma, yang meraih medali emas bersamanya di Olimpiade Barcelona 1992. Selain itu, ia pernah juga meraih medali perunggu di Olimpiade Atlanta 1996. 

2.  Rudy Hartono


Rudy Hartono Kurniawan lahir di Surabaya, Jawa Timur, 18 Agustus 1949;  adalah seorang mantan pemain bulu tangkis Indonesia. Ia pernah memenangkan kejuaraan dunia pada tahun 1980, dan Kejuaraan All England selama 8 kali pada tahun 1960-an dan 1970-an.

3. Liem Swie King

Liem Swie King  lahir di Kudus, Jawa Tengah, 28 Februari 1956; adalah seorang pemain bulu tangkis yang dulu selalu menjadi buah bibir sejak dia mampu menantang Rudy Hartono di final All England tahun 1976 dalam usianya yang ke-20. Kemudian Swie King menjadi pewaris kejayaan Rudy di kejuaraan paling bergengsi saat itu dengan tiga kali menjadi juara ditambah empat kali menjadi finalis. 

4. Alan Budi Kusuma

Alan Budikusuma Wiratama alias Goei Ren Fang lahir di Surabaya, Jawa Timur, 29 Maret 1968; umur 47 tahun) adalah mantan pemain bulu tangkis Indonesia yang meraih medali emas bulu tangkis pada Olimpiade Barcelona 1992 dalam nomor tunggal putra. Ia pensiun dari dunia bulu tangkis setelah Olimpiade Atlanta 1996.

5. Ricky Subagdja-Rexy Mainaky 

Ricky Ahmad Subagja lahir di Bandung, Jawa Barat, 27 Januari 1971; adalah salah satu pebulu tangkis ganda putra legendaris dunia dari Indonesia yang ketika berpasangan dengan Rexy Mainaky berhasil menjuarai hampir seluruh turnamen bergensi dunia, seperti Medali Emas Olimpiade (1996), Asian Games (1994, 1998), Juara Dunia (1995), Juara All England (1995, 1996). 

Rexy Ronald Mainaky lahir di Ternate, Maluku Utara, 9 Maret 1968; adalah mantan pemain bulu tangkis Indonesia. Bersama dengan Ricky Subagja, Ia merebut medali emas Olimpiade Atlanta 1996. Setelah pensiun, Ia menjadi pelatih bulu tangkis, dan saat ini menjadi pelatih ganda putra Indonesia.

6. Taufik Hidayat

Taufik Hidayat lahir di Bandung, Jawa Barat, 10 Agustus 1981; adalah mantan pemain bulu tangkis tunggal putra untuk Indonesia. Awalnya ia bermain di klub SGS Elektrik Bandung. Putra pasangan Aris Haris dan Enok Dartilah ini adalah peraih medali emas untuk Indonesia pada Olimpiade Athena 2004 . Pada 21 Agustus 2005, dia menjadi juara dunia dengan mengalahkan pemain peringkat 1 dunia, Lin Dan di babak final, sehingga menjadi pemain tunggal putra pertama yang memegang gelar Kejuaraan Dunia BWF dan Olimpiade secara berturut-turut. Selain itu, ia juga memegang gelar juara tunggal putra Asian Games 2002 di Busan dan 2006 di Doha.

7. Haryanto Arbi

Hariyanto Arbi lahir di Kudus, Jawa Tengah, 21 Januari 1972; adalah pemain bulu tangkis tunggal putra Indonesia. Jebolan PB Djarum ini mempunyai julukan Smash 100 Watt dan aktif bermain di era 1990an, terutama dari tahun 1990 sampai tahun 1996. Setelah pensiun ia menggeluti dunia bisnis peralatan olahraga bulu tangkis Flypower, ia pernah menjadi juara All England tahun 1993 dan 1994
Pebulutangkis Indonesia yang juga memiliki gelar lengkap. Dua kali gelar All England bisa diraihnya pada 1993, 1994. Juara Thomas Cup pernah dirasakan sebanyak 4 kali (1994, 1996, 1998, 2000), Juara Dunia 1994, 1995 dan beberapa open turnamen lainnya. Yang lebih fenomenal, Haryanto Arbi merupakan penerus Liem Swie King dalam hal jumping smash. Bahkan Haryanto Arbi dijuluki “Smash 100 watt”  karena kecepatannya. - See more at: http://ndre99.blogspot.com/2013/05/10-atlet-indonesia-yang-mendunia.html#sthash.Rn9TP9ru.dpuf
7. Safita Dwi Tyasputri pelajar Sampoerna Academy Campus meraih penghargaan dalam ajang penemu muda internasional. Safira menemukan canting batik otomatis. Awal membatik Safira menemui kendala karena malam yang dituangkan oleh cantingnya cepat membeku. Alhasil ia mendapatkan inspirasi membuat canting batik otomatis yang mampu menjaga suhu malam di canting. Lalu, dia menambahkan pemanas agar malam bisa tetap cair. Variabel resistor juga dimasukkan untuk mengatur suhu. Termometer untuk mengecek suhu juga dipasang. Safira meyakini temuannya mampu menghemat energi pembakaran malam pada kerajinan batik. Ia pun menuai respons positif dalam ajang penemu muda. Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Hibar Syahrul Gafur Hibar Syahrul Gafur (14) siswa kelas VIII SMPN 1 Kota Bogor ini sukses meraih medali emas dalam kompetisi International Exhibition of Young Investor (IEYI) yang dilaksanakan di Malaysia dengan karya ciptaannya sepatu listrik anti pelecehan seksual. Jika dilihat, sepatu ini tidak berbeda dengan sepatu wanita tipe wedges. Di dalam hak tebal sepatu, ada rangkaian listrik yang dirancang khusus. Jika wanita merasa dalam bahaya, dia tinggal menginjak tombol yang ada di bagian belakang sepatu. "Listrik ini bertenaga 450 watt. Tinggal tendang ke arah si pelaku kekerasan seksual, secara otomatis tegangan listrik akan menyerang pelaku" jelas Hibar. 2. Agasha Kareef Ratam Agasha Kareef Ratam, usianya masih sangat muda baru 15 tahun dan merupakan alumnus dari SD Al-izhar Pondok Labu (Jakarta Selatan). Cucu dari mantan presiden BJ Habbie ini lahir di Boston 21 November 1997. Tapi, di kancah internasional Olimpiade Matematika prestasinya jangan diragukan lagi. Di kompetisi tingkat dunia ini dia sudah berkali-kali mengharumkan nama Indonesia. Bersama tiga orang temannya, Rezky Arizaputra (siswa SD Al Azhar 13 Rawamangun, Jakarta Timur) Nicolas Steven Husada (siswa SD Universal Jakarta Utara) dan Stanley Orlando (siswa SD Santa Ursula Jakarta) telah mengikuti Po Leung Kuk 13thPrimary Mathematics World Contest (PMWC) di Hongkong pada Juli 2010. Agasha berhasil merengkuh medali emas (Kategori tim) dan perak (kategori individual). 3. Hania dan Fahma ini berhasil menjuarai APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards) 2010 pada kategori Secondary Student Project melalui karya siswa SD Cendikia Bandung / SMP Salman AL-Farisi Bandung, Fahma Waluya Rosmansyah (12 tahun) dan adiknya, Hania Pracika Rosmansyah (6 tahun). Karya mereka merupakan kumpulan program game edukasi sederhana yang dibuat menggunakan Adobe Flash Lite untuk ponsel Nokia E71 dengan judul “My Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor” (Ponsel Ibuku Untuk Belajar Adikku), Fahma Waluya & Hania Pracika berhasil mendapat apresiasi tinggi dari tim juri APICTA Internasional 2010 dan memperoleh skor tertinggi sekaligus memboyong piala Juara (Winner) APICTA 2010 pada kategori Secondary Student Project, disusul secara ketat dengan selisih skor tipis oleh empat pemenang Merit Award (Runner-Up) pada kategori yang sama, yaitu SpringGrass karya Chung Hwa Middle School BSB – Brunei, Auto Temperature Descension Device by Solar Power karya Foon Yew High School (Kulai) – Malaysia, SimuLab karya Pamodh Chanuka Yasawardene – Srilangka, Destine Strategy karya Rayongwittayakom School – Thailand Fahma Waluya (12 tahun) dan adiknya Hania Pracika (6 tahun) mencetak rekor baru untuk peserta termuda yang berhasil meraih Juara (Winner) APICTA selama 10 tahun penyelenggaraan kompetisi APICTA Awards Internasional yang diadakan sejak tahun 2001. Selama ini untuk kategori Secondary Student Project yang diikuti siswa-siswa elementary, middle dan high school, pemenangnya berasal dari siswa-siswa yang lebih senior (middle atau high school). APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards) adalah ajang kompetisi internasional yang diselenggarakan secara berkala (tahunan) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ICT (Information and Communication Technology) dalam masyarakat dan membantu menjembatani kesenjangan digital. 4. Melody Grace Natalie dan Mariska Grace Mereka adalah anak bangsa yang mengikuti dalam ajang International Conference of Young Scientists (ICYS) 2013 yang diselenggarakan pada 15-22 April 2013 di Sanur, Denpasar, Bali. Pada ajang bergengsi untuk ilmuwan muda tersebut, Indonesia berhasil meraih lima medali yang terdiri dari dua medali emas, satu perak dan dua perunggu, serta tiga Special Awards. Melody Grace Natalie (Stella Duce I Yogyakarta) berhasil meraih medali emas dalam kategori Life Science dengan penelitiannya yang berjudul Potential of Squid Eye Lenses as UV Absorber. Karya ilmiah yang diusungnya ini mengenai pemanfaatan mata cumi-cumi untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet. Sedangkan, Mariska Grace (SMAK Cita Hati) yang sama-sama meraih medali emas berhasil menjadi pemenang dalam kategori Environmental Science melalui penelitiannya yang berjudul A Novel Approach in Using Peanut Shella to Eliminate Copper Content in Water, dengan memanfaatkan kulit kacang untuk mengurangi kadar ion tembaga di dalam air. “Saya membuat sun block yang bisa dibuat simpel oleh nelayan, sehingga nelayan bisa terhindar dari kanker kulit,” ujar Melody Grace saat menjelaskan hasil penelitiannya. 5. Srihanik Dilahirkan dengan keterbatasan kemampuan mendengar serta berbicara, tidak membuat Srihanik (17) berputus asa dalam menggapai prestasi. Karena kegigihannya itu, remaja asal Dusun Becek, Desa Kalirong, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menjuarai lomba Desain Grafis Sekolah Luar Biasa tingkat Provinsi Jawa Timur. Dalam perlombaan Pendidikan Keterampilan yang digelar di Surabaya, 23-25 Juli 2011 lalu itu, siswi yang duduk dikelas VIII SLB Dharma Wanita, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri tersebut menyisihkan 19 peserta utusan daerah lain se-Jawa Timur. Ia berhasil menggondol juara pertama dengan mengusung pembuatan poster serta pembuatan website beserta desainnya. Dalam website yang mengantarkannya sebagai pemenang itu, ia mengambil tema Bahaya Narkoba. “Hingga pemenang diumumkan, saya tidak menyadarinya. Sampai saya diberitahu untuk maju ke panggung. Saat menerima piala itu, saya baru menangis haru,” ujar Srihanik sebagaimana diartikan oleh Nanda, guru pembimbing desain, Rabu (27/7/2011). Sementara itu, Nanda menuturkan, sebelum berlomba di tingkat provinsi, Srihanik mengikuti seleksi antar SLB tingkat Kabupaten Kediri yang digelar di Kecamatan Gurah pada 18 Juli lalu. Saat itu, lanjut Nanda, putri pasangan Tukiman dan Sulastri, sama sekali belum mengenal komputer, apalagi desain grafis. “Namun karena kecerdasannya, dalam waktu dua hari saja belajar, dia sudah mampu menyerap materi dengan baik,” bangga Nanda. Dengan prestasi gemilangnya itu, Nanda menambahkan, Srihanik otomatis berhak mewakili Jawa Timur dalam lomba serupa tingkat Nasional yang akan digelar sekitar September nanti. “Saat ini kami bersiap untuk event nasional itu,” pungkas Nanda. Sebelumnya, Srihanik sempat dilarang bersekolah oleh keluarganya. Sebab, selain kondisinya yang mengalami tuna rungu tuna wicara itu, keluarganya juga hidup dalam keterbatasan ekonomi. Bapaknya, Tukiman, hanya berprofesi sebagai pedagang kerupuk sambal di Pasar Tradisional Pesantren, Kota Kediri. Sumber: http://edukasi.kompas.com 6. Ayu Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya Tiga sahabat asal SMAN 6 Yogyakarta menemukan alat penyaring sampah yang bisa dipasang di saluran air dan sungai. Temuan Ayu Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya ini meraih medali emas dalam ajang penemu muda internasional. Alat yang dimaksud adalah prototipe berukuran 50 x 30 cm berwarna perak. Di sisi mulut alat yang diberi nama Thundershot ini terdapat baling-baling vertikal yang mampu menarik arus. Di sisi pangkalnya terdapat sabuk berputar yang dipasang plat menyerupai sekop. “Alat ini menarik sampah, mengangkatnya, lalu terkumpul di bak penampung yang ada di bagian paling belakangnya,” ujar Nurina. 7. Safita Dwi Tyasputri pelajar Sampoerna Academy Campus meraih penghargaan dalam ajang penemu muda internasional. Safira menemukan canting batik otomatis. Awal membatik Safira menemui kendala karena malam yang dituangkan oleh cantingnya cepat membeku. Alhasil ia mendapatkan inspirasi membuat canting batik otomatis yang mampu menjaga suhu malam di canting. Lalu, dia menambahkan pemanas agar malam bisa tetap cair. Variabel resistor juga dimasukkan untuk mengatur suhu. Termometer untuk mengecek suhu juga dipasang. Safira meyakini temuannya mampu menghemat energi pembakaran malam pada kerajinan batik. Ia pun menuai respons positif dalam ajang p Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
0 anak berprestasi Indonesia Kita pasti bangga jika mempunyai anak-anak berbakat, kreatif dan mengharumkan nama Indonesia di mancanegara. Anak muda indonesia adalah generasi penerus bangsa ini di masa mendatang. Usia muda bukanlah penghalang bagi mereka untuk menunjukan pada dunia kemampuan , berikut ini 10 anak berprestasi : 1. Hibar Syahrul Gafur Hibar Syahrul Gafur (14) siswa kelas VIII SMPN 1 Kota Bogor ini sukses meraih medali emas dalam kompetisi International Exhibition of Young Investor (IEYI) yang dilaksanakan di Malaysia dengan karya ciptaannya sepatu listrik anti pelecehan seksual. Jika dilihat, sepatu ini tidak berbeda dengan sepatu wanita tipe wedges. Di dalam hak tebal sepatu, ada rangkaian listrik yang dirancang khusus. Jika wanita merasa dalam bahaya, dia tinggal menginjak tombol yang ada di bagian belakang sepatu. "Listrik ini bertenaga 450 watt. Tinggal tendang ke arah si pelaku kekerasan seksual, secara otomatis tegangan listrik akan menyerang pelaku" jelas Hibar. 2. Agasha Kareef Ratam Agasha Kareef Ratam, usianya masih sangat muda baru 15 tahun dan merupakan alumnus dari SD Al-izhar Pondok Labu (Jakarta Selatan). Cucu dari mantan presiden BJ Habbie ini lahir di Boston 21 November 1997. Tapi, di kancah internasional Olimpiade Matematika prestasinya jangan diragukan lagi. Di kompetisi tingkat dunia ini dia sudah berkali-kali mengharumkan nama Indonesia. Bersama tiga orang temannya, Rezky Arizaputra (siswa SD Al Azhar 13 Rawamangun, Jakarta Timur) Nicolas Steven Husada (siswa SD Universal Jakarta Utara) dan Stanley Orlando (siswa SD Santa Ursula Jakarta) telah mengikuti Po Leung Kuk 13thPrimary Mathematics World Contest (PMWC) di Hongkong pada Juli 2010. Agasha berhasil merengkuh medali emas (Kategori tim) dan perak (kategori individual). 3. Hania dan Fahma ini berhasil menjuarai APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards) 2010 pada kategori Secondary Student Project melalui karya siswa SD Cendikia Bandung / SMP Salman AL-Farisi Bandung, Fahma Waluya Rosmansyah (12 tahun) dan adiknya, Hania Pracika Rosmansyah (6 tahun). Karya mereka merupakan kumpulan program game edukasi sederhana yang dibuat menggunakan Adobe Flash Lite untuk ponsel Nokia E71 dengan judul “My Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor” (Ponsel Ibuku Untuk Belajar Adikku), Fahma Waluya & Hania Pracika berhasil mendapat apresiasi tinggi dari tim juri APICTA Internasional 2010 dan memperoleh skor tertinggi sekaligus memboyong piala Juara (Winner) APICTA 2010 pada kategori Secondary Student Project, disusul secara ketat dengan selisih skor tipis oleh empat pemenang Merit Award (Runner-Up) pada kategori yang sama, yaitu SpringGrass karya Chung Hwa Middle School BSB – Brunei, Auto Temperature Descension Device by Solar Power karya Foon Yew High School (Kulai) – Malaysia, SimuLab karya Pamodh Chanuka Yasawardene – Srilangka, Destine Strategy karya Rayongwittayakom School – Thailand Fahma Waluya (12 tahun) dan adiknya Hania Pracika (6 tahun) mencetak rekor baru untuk peserta termuda yang berhasil meraih Juara (Winner) APICTA selama 10 tahun penyelenggaraan kompetisi APICTA Awards Internasional yang diadakan sejak tahun 2001. Selama ini untuk kategori Secondary Student Project yang diikuti siswa-siswa elementary, middle dan high school, pemenangnya berasal dari siswa-siswa yang lebih senior (middle atau high school). APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards) adalah ajang kompetisi internasional yang diselenggarakan secara berkala (tahunan) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ICT (Information and Communication Technology) dalam masyarakat dan membantu menjembatani kesenjangan digital. 4. Melody Grace Natalie dan Mariska Grace Mereka adalah anak bangsa yang mengikuti dalam ajang International Conference of Young Scientists (ICYS) 2013 yang diselenggarakan pada 15-22 April 2013 di Sanur, Denpasar, Bali. Pada ajang bergengsi untuk ilmuwan muda tersebut, Indonesia berhasil meraih lima medali yang terdiri dari dua medali emas, satu perak dan dua perunggu, serta tiga Special Awards. Melody Grace Natalie (Stella Duce I Yogyakarta) berhasil meraih medali emas dalam kategori Life Science dengan penelitiannya yang berjudul Potential of Squid Eye Lenses as UV Absorber. Karya ilmiah yang diusungnya ini mengenai pemanfaatan mata cumi-cumi untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet. Sedangkan, Mariska Grace (SMAK Cita Hati) yang sama-sama meraih medali emas berhasil menjadi pemenang dalam kategori Environmental Science melalui penelitiannya yang berjudul A Novel Approach in Using Peanut Shella to Eliminate Copper Content in Water, dengan memanfaatkan kulit kacang untuk mengurangi kadar ion tembaga di dalam air. “Saya membuat sun block yang bisa dibuat simpel oleh nelayan, sehingga nelayan bisa terhindar dari kanker kulit,” ujar Melody Grace saat menjelaskan hasil penelitiannya. 5. Srihanik Dilahirkan dengan keterbatasan kemampuan mendengar serta berbicara, tidak membuat Srihanik (17) berputus asa dalam menggapai prestasi. Karena kegigihannya itu, remaja asal Dusun Becek, Desa Kalirong, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menjuarai lomba Desain Grafis Sekolah Luar Biasa tingkat Provinsi Jawa Timur. Dalam perlombaan Pendidikan Keterampilan yang digelar di Surabaya, 23-25 Juli 2011 lalu itu, siswi yang duduk dikelas VIII SLB Dharma Wanita, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri tersebut menyisihkan 19 peserta utusan daerah lain se-Jawa Timur. Ia berhasil menggondol juara pertama dengan mengusung pembuatan poster serta pembuatan website beserta desainnya. Dalam website yang mengantarkannya sebagai pemenang itu, ia mengambil tema Bahaya Narkoba. “Hingga pemenang diumumkan, saya tidak menyadarinya. Sampai saya diberitahu untuk maju ke panggung. Saat menerima piala itu, saya baru menangis haru,” ujar Srihanik sebagaimana diartikan oleh Nanda, guru pembimbing desain, Rabu (27/7/2011). Sementara itu, Nanda menuturkan, sebelum berlomba di tingkat provinsi, Srihanik mengikuti seleksi antar SLB tingkat Kabupaten Kediri yang digelar di Kecamatan Gurah pada 18 Juli lalu. Saat itu, lanjut Nanda, putri pasangan Tukiman dan Sulastri, sama sekali belum mengenal komputer, apalagi desain grafis. “Namun karena kecerdasannya, dalam waktu dua hari saja belajar, dia sudah mampu menyerap materi dengan baik,” bangga Nanda. Dengan prestasi gemilangnya itu, Nanda menambahkan, Srihanik otomatis berhak mewakili Jawa Timur dalam lomba serupa tingkat Nasional yang akan digelar sekitar September nanti. “Saat ini kami bersiap untuk event nasional itu,” pungkas Nanda. Sebelumnya, Srihanik sempat dilarang bersekolah oleh keluarganya. Sebab, selain kondisinya yang mengalami tuna rungu tuna wicara itu, keluarganya juga hidup dalam keterbatasan ekonomi. Bapaknya, Tukiman, hanya berprofesi sebagai pedagang kerupuk sambal di Pasar Tradisional Pesantren, Kota Kediri. Sumber: http://edukasi.kompas.com 6. Ayu Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya Tiga sahabat asal SMAN 6 Yogyakarta menemukan alat penyaring sampah yang bisa dipasang di saluran air dan sungai. Temuan Ayu Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya ini meraih medali emas dalam ajang penemu muda internasional. Alat yang dimaksud adalah prototipe berukuran 50 x 30 cm berwarna perak. Di sisi mulut alat yang diberi nama Thundershot ini terdapat baling-baling vertikal yang mampu menarik arus. Di sisi pangkalnya terdapat sabuk berputar yang dipasang plat menyerupai sekop. “Alat ini menarik sampah, mengangkatnya, lalu terkumpul di bak penampung yang ada di bagian paling belakangnya,” ujar Nurina. 7. Safita Dwi Tyasputri pelajar Sampoerna Academy Campus meraih penghargaan dalam ajang penemu muda internasional. Safira menemukan canting batik otomatis. Awal membatik Safira menemui kendala karena malam yang dituangkan oleh cantingnya cepat membeku. Alhasil ia mendapatkan inspirasi membuat canting batik otomatis yang mampu menjaga suhu malam di canting. Lalu, dia menambahkan pemanas agar malam bisa tetap cair. Variabel resistor juga dimasukkan untuk mengatur suhu. Termometer untuk mengecek suhu juga dipasang. Safira meyakini temuannya mampu menghemat energi pembakaran malam pada kerajinan batik. Ia pun menuai respons positif dalam ajang penemu muda. Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

0 comments:

Post a Comment